Ini sebuah kisah dari seorang gadis. Bernama Piccacello.
Kisahnya menceritakan sebuah kisah indah akan cinta.
Piccacello lahir disebuah kota indah di negeri asia 4 musim dengan
sejuta penduduknya yang memiliki perilaku ramah terhadap sesama, hanya
segelintir orang yang bersikap seperti binatang yang belum jinak, untungnya
tidak banyak.
Dikota itu Piccacello menghabiskan masa kecilnya, melewati
musim semi, gugur, dingin dan panas ia selalu bermain-main dibawahnya.. Tidak
sendiri, melainkan bersama anak laki-laki yang satu sekolah dengannya, Rilo.
Ya, Piccacello senang sekali bermain dengan anak itu, sikapnya yang baik
terhadap anak perempuan, humoris, walaupun kadang Piccacello merasa kesal
karena tak jarang ia diganggunya. Dan mereka menghabiskan setiap musim dengan
bersama.
Ribuan musim telah berlalu. Gadis kecil yang kepalanya
selalu ditata seperti buntut kuda di kanan dan dikiri sisi kepalanya kini
menjelma menjadi perawan dengan rambut yang di biarkan bebas tanpa terikat yang
mempesona, banyak pria yang mengagumi keindahannya, tidak hanya kemolekan fisik
tetapi hati, ia pintar, tetapi hatinya tak pernah sekalipun menjadi tinggi,
hatinya selalu berpijak pada tanah beriringan dengan kakinya, darinya maka
setiap ia melangkah ia memperlakukan setiap yang terjadi dengan hati. Namun,
tak ada satupun lelaki yang mengaguminya yang bisa mengambil hatinya.
Dibawah mentari musim panas ia berdiri. Tiba-tiba ia rindu
akan sosok anak lelaki dengan baju kodok yang sering ia gunakan.
“Dimana Rilo kini? Aku merindukannya.”
Tak ada orang yang tahu selain dirinya dan Tuhan.. Namun,
tanpa disengaja ada saksi bisu yang mengetahui yaitu mentari senja...
Sesungguhnya tahu bahwa hati Piccacello telah dimiliki Rilo, maka dari itu
mengapa tak ada satupun lelaki yang bisa menarik hatinya.
Piccacello jatuh cinta kepadanya sejak hari terakhir sebelum
akhirnya ia tak melihat Rilo lagi. Waktu itu Piccacello terpeleset kemulut
jurang karena harus mengambil bunga matahari yang tertiup angin miliknya yang
ia telah petik dikebun milik Paman Ben. Dan sambil menangis Rilo menolongnya,
kesana-kemari anak laki-laki itu mencari sesuatu untuk menarik Piccacello. Dan
ia mendapatkan ranting pohon yang memiliki panjang sepanjang tangan orang
dewasa. Dengan sekuat tenaga ia menarik temannya itu agar selamat.
1.....2.......3.....HAP !
Dapat !
Piccacello jatuh tepat diatas badan Rilo yang terentang.
Piccacello melihat sorot matanya yang kecoklatan berbinar-binar digenangi air
mata karena menangisinya. Tubuhnya yang hangat segera ia rasakan. Segera Rilo
memeluknya sambil menangis haru karena sahabatnya selamat dan berharap mereka
akan terus bermain bersama selamanya.
Dan saat itu Piccacello jatuh cinta.
Tetapi mengapa disaat ia jatuh cinta ,lalu lelaki yang di
cintainya pergi?
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Mimpi Piccacello tercapai.
Beasiswa Eropa ia dapatkan untuk program Sarjananya.
Perancis.
Kota sejuta keindahan, mulai dari bangunan-bangunan tua
dengan artistik yang memukau mata, pemandangan yang melatarbelakanginya dan
tentu saja Eiffel tower yang selain sebagai simbol kota Paris juga memiliki
atmosfer romantis bagi para sejoli-sejoli yang dalam masa jatuh cinta.
Musim dingin....
Dengan baju musim dinginnya berwarna Pink dengan hiasan
bunga sakura di sakunya ia berjalan menyusuri pinggir-pinggir kota perancis
dengan kamera ditangannya ia mengambil gambar yang ia anggap unik dan indah.
PRAAAANNGGG !!!
Tak sengaja ia menabrak tempat sampah dari alumunium yang
isi nya sedikit sehingga kalau jatuh suaranya terdengar kencang disekitarnya,
muka putihnya memerah ,mata semua orang disana tertuju padanya. Dengan sigap ia
segera menegakan kembali tempat sampah itu sambil tersenyum paksa kepada
beberapa orang yang sedang melihatnya.
GUBRAAAAK !
MALU SE-MALU-MALU-NYA ! Ia terpeleset es dari air yang
membeku karena dinginnya musim salju.
Sebuah tangan yang kulitnya berwarna coklat gelap muncul
dihadapan wajahnya mengulurkan bantuan, seakan ada malaikat yang berusaha
menariknya terbang agar ia tidak perlu melihat muka orang-orang yang mungkin
sudah geli melihat dirinya. Tanpa peduli itu tangan siapa Piccacello meraihnya
dan berdiri lalu menarik paksa orang yang membantunya lari dari tempat
itu.Ditujunya kesebuah restoran asia dengan penghangat ruangan yang membuat
pengunjungnya merasa nyaman.
“Kau gila? Bagaimana kalau aku ada urusan lain penting
diluar sana? Sedangkan kau mengajakku lari dan membawaku ke tempat ini. Memang
kau siapa?” gerutu lelaki yang tampak seumuran dengan Piccacello.
“Yaaah aku hanya malu pada mereka makanya aku lari, tak
sengaja aku menarik tanganmu dan membawa mu kemari aku terlalu malu tadi. Ya,
anggap saja makanan ini sebagai tanda terimakasih atas pertolongan mu barusan.”
“Aku rasa kau harus menambah makanan ku lagi karena aku akan
menolongmu untuk yang kedua kalinya.”
“.......????.”
Pria itu beranjak dari sofa restoran dan kembali dengan
kotak P3K milik restoran. Dan ia membenahi luka di pelipis kanan Piccacello.
Piccacello terkejut, kali ini ia malu,bukan karena
orang-orang yang melihatnya tetapi malu dengan pria itu karena sangking menahan
rasa malu tadi karena menjatuhkan tempat sampah dan terpeleset ia tidak sadar
bahwa pelipis nya berdarah dan kulitnya terlepas.
“Aku tidak merasakan sakitnya. AWW!”
Pria itu hanya tertawa kecil melihat tingkah laku aneh
wanita itu.
“Namaku Piccacello”
Mata tajam pria itu langsung terpaku pada wajah
Piccacello.”Apa benar?” dalam hatinya
bertanya-tanya.
Ia segera sadar dan cepat-cepat membereskan luka Piccacello
lalu pergi dari restoran dengan meninggalkan Piccacello dan makanan yang telah
dipesan. Lalu ia pergi ke rumahnya yang tidak jauh dari gereja 25 meter dari
restoran.
Keesokan harinya ia berjalan disekitar taman Eiffel tower,
mencari-cari sesuatu. DAPAT! Dengan bersembunyi dibawah tudung mantel musim
dinginnya dan ditutupi masker flu ia memperhatikan dan mengikuti sesosok wanita
yang ia kenal kemarin. Piccacello.
Dan 2 bulan kemudian. Benar. Semuanya telah ia ketahui
Perayaan tahun baru kota........
Pada momen ini , telah tiba saatnya.
“Hai, kau bisa ikut denganku?” Tiba-tiba pria yang menggunakan jacket merah muncul
dibelakang Piccacello yang saat itu sedang mengetik tugas kuliah direstoran
khas makanan Perancis. Pria itu sudah hafal betul jadwal-jadwal Piccacello
berada.
“Hai kau! Mau apa kau kemari? Bagaimana kau tahu aku disini?
Kau ini pria macam apa meninggalkan gadis yang tengah luka dengan
makanan-makanan yang kau pesan tapi tidak kau makan? Apa kau ini gila dan
apakah”
Tanpa membalas pertanyaan dan mebiarkan Piccacello berkoar
lagi ia segera menariknya dengan paksa dan mengajaknya kesebuah tempat sepi
namun indah. Sebuah bukit dimana pemandangan malam tahun baru kota tersebut
terlihat.
“Apa yang kau lakukan? Kurasa kau benar-benar gila !.”
Gerutu Piccacello sambil berusaha menghubungi police call center.
Dengan dahi yang mengkerut pria itu mengambil handphone
Piccacello dan memasukkannya kedalam sakunya.
“Jadi kau ini perampok?.” Lagi-lagi Piccacello menuduh.
Pria itu menarik tangan Piccacello dan memaksanya menghadap
timur. Tiba-tiba.......
JEDAAAAAAARRRR! DAAAAAR! DARRRRRR!
Kembang api yang sangaaaat indah yang pernah dilihat
Piccacello ia sama sekali belum melihat kembang api seindah ini.
Pria itu berlutut dihadapannya.
Wahai
wanita dengan pipi merah bila sang surya menyorotnya
Bibirnya
yang selalu bergetar karena ia tak pernah kuat dengan dinginnya musim dingin
Sangat
menyayangi Rillakuma kecil dengan rajutan sweater ditubuhnya
Mencintai
bunga yang tumbuh dekat biasanya bermain
Bunga
matahari dan sakura yang tumbuh saat semi tiba
Ia
mengagumi
Namun,
akulah yang lebih mengagumi sesosok pengagum itu
Jatuh
cinta itu muncul karena Bunga Matahari yang baru saja di petiknya
Setelah
itu aku berpisah dengan bunga itu
Kesebrang
samudera tanpa ia tahu aku kemana
Mungkin
ia merindukanku sebagai sahabatnya
Mungkin
ia merindukanku karena pengisi hatinya yang ia cintai entah dimana. Ha ha.. Aku
mengigau
Kini
aku menemui bunga itu kembali
Aku
tidak tahu bagaimana bisa tetapi ia disini, di depan mataku
Mungkin
bunga itu tertiup angin dan ia terpontang-panting didalamnya dan akhirnya jatuh
di pelukanku
Dimana
angin itu adalah takdir
Saat
aku bertemu dengannya mungkin sudah tiba
Mengungkapkan
apa yang mennjadi rahasia
Memang
dia sahabatku,tapi aku mencintainya
Tinggal
jawabannya apakah bunga itu semakin mekar dan beraroma indah atau ia menjadi
jering dan kelopaknya gugur dengan batang yang merunduk
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bunga
yang kau cari merindukan mataharinya
Menjadi
tak punya teman bermain disaat musim panas
Bunga
itu hampir saja layu karena matahari tak muncul
Karena
matahari itu bunga akhirnya selamat
Hampir
mati karena harus jatuh dari tempat tinggi
Laksana
malaikat ia selalu muncul menolong
Termasuk
disaat bunga tak mengenal mataharinya
Mungkin
termasuk aku jatuh cinta melihat matahari itu
Selalu
memimpikan kehidupan dongeng saat purnama menemani lelapnya
Dan
pangeran itu
Adalah
anak laki-laki bodoh yang hilang bagai ditelan malam
Aku jatuh cinta padamu..................
Akhirnya mereka bersatu, dua sejoli yang saling mencintai
dari sahabat lalu menjadi cinta.
Aneh... seperti cerita dongeng putri impian, tapi inilah
kisah cinta Piccacello dan Rilo , dimana takdir itu nyata dan seperti bunga
yang tidak akan pernah hidup tanpa matahari. Bila ini mimpi ini adalah mimpi
terindah bagi Piccacello.
Sebuah cinta bunga matahari.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
PSSSSSSSSTTTTTTTDAAAAAAAAAAAAAARRRRRRRRRKRETEKKRETEK
DAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAARRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
“TIDAAAAAAAAAAAAAAKKKKKKKK!!!!!!”
Kembang api tahun baru yang dahsyat baru saja mengenai tubuh
Rilo, kembag api itu salah sasaran ia tidak meledak dilangit tetapi menuju ke
bukit tepat Rilo berdiri.
Tubuh Rilo terbakar rambutya sudah seluruhnya terbakar.
Penanggung jawab acara tahun baru yang menyalakan kembang api itu untung
melihat bahwa kembang apinya salah sasaran dan ia dan tim penjagaan dari Fire
Rescue segera dengan sigap menuju puncak bukit. Sungguh terkejut bahwa acaranya
membakar korban. Tim pasukan penyelamat
memadamkan api di tubuh Rilo dan membawanya kerumah sakit.
Rilo harus di amputasi
kedua kakinya dan matanya mengalami luka bakar yang cukup parah sehingga
ia buta.
Rilo telah mendapat donor mata sehingga ia melihat kembali
walaupun tetap saja kakinya tak bisa kembali, ia tidak peduli yang jelas ia
bisa melihat, melihat untuk bunganya yang tubuh mekar dengan indahnya. Dan ia
ingin sekali segera menemuinya
Ketika ia mencoba duduk dikasur rumah sakit untuk memanggil
suster mengambilkan kursi rodanya sebuah surat dengan ditempelnya bunga
matahari yang layu di muka amplop. Dibacanya:
Kini saatnya sekuntum bunga memberikan tanda jasanya kepada matahari
yang tanpa pamrih memberi kehidupan kepada bunga karena matahari tersebut
mencintainya. Karena bunga tersebut juga mencintai matahari.
Bunga yang ditempel di amplop adalah bunga matahari yang
hampir hilang dari genggaman Piccacello lalu diselamatkan oleh Rilo
Piccacello meninggal dunia karena mengalami gagal operasi.
Berniat untuk membiarkan matahari agar tetap melihat dari atas langit indahnya
dunia tetapi takdir berkata lain. Mungkin saatnya angin takdir yang akan
menerbangkan mentari ke surga untuk jatuh dipelukan sang bunga suatu saat
nanti. Yang jelas ia percaya cinta mereka cinta bunga matahari.
©originaly shared and wrote by Tiara Alvionita Suwarno
Tidak ada komentar:
Posting Komentar