Kamis, 18 Juli 2013

Cinta Bunga Matahari


Ini sebuah kisah dari seorang gadis. Bernama Piccacello. Kisahnya menceritakan sebuah kisah indah akan cinta.

Piccacello lahir disebuah kota indah di negeri asia 4 musim dengan sejuta penduduknya yang memiliki perilaku ramah terhadap sesama, hanya segelintir orang yang bersikap seperti binatang yang belum jinak, untungnya tidak banyak.

Dikota itu Piccacello menghabiskan masa kecilnya, melewati musim semi, gugur, dingin dan panas ia selalu bermain-main dibawahnya.. Tidak sendiri, melainkan bersama anak laki-laki yang satu sekolah dengannya, Rilo. Ya, Piccacello senang sekali bermain dengan anak itu, sikapnya yang baik terhadap anak perempuan, humoris, walaupun kadang Piccacello merasa kesal karena tak jarang ia diganggunya. Dan mereka menghabiskan setiap musim dengan bersama.

Ribuan musim telah berlalu. Gadis kecil yang kepalanya selalu ditata seperti buntut kuda di kanan dan dikiri sisi kepalanya kini menjelma menjadi perawan dengan rambut yang di biarkan bebas tanpa terikat yang mempesona, banyak pria yang mengagumi keindahannya, tidak hanya kemolekan fisik tetapi hati, ia pintar, tetapi hatinya tak pernah sekalipun menjadi tinggi, hatinya selalu berpijak pada tanah beriringan dengan kakinya, darinya maka setiap ia melangkah ia memperlakukan setiap yang terjadi dengan hati. Namun, tak ada satupun lelaki yang mengaguminya yang bisa mengambil hatinya.
Dibawah mentari musim panas ia berdiri. Tiba-tiba ia rindu akan sosok anak lelaki dengan baju kodok yang sering ia gunakan.
“Dimana Rilo kini? Aku merindukannya.”
Tak ada orang yang tahu selain dirinya dan Tuhan.. Namun, tanpa disengaja ada saksi bisu yang mengetahui yaitu mentari senja... Sesungguhnya tahu bahwa hati Piccacello telah dimiliki Rilo, maka dari itu mengapa tak ada satupun lelaki yang bisa menarik hatinya.

Piccacello jatuh cinta kepadanya sejak hari terakhir sebelum akhirnya ia tak melihat Rilo lagi. Waktu itu Piccacello terpeleset kemulut jurang karena harus mengambil bunga matahari yang tertiup angin miliknya yang ia telah petik dikebun milik Paman Ben. Dan sambil menangis Rilo menolongnya, kesana-kemari anak laki-laki itu mencari sesuatu untuk menarik Piccacello. Dan ia mendapatkan ranting pohon yang memiliki panjang sepanjang tangan orang dewasa. Dengan sekuat tenaga ia menarik temannya itu agar selamat.

1.....2.......3.....HAP !

Dapat !

Piccacello jatuh tepat diatas badan Rilo yang terentang. Piccacello melihat sorot matanya yang kecoklatan berbinar-binar digenangi air mata karena menangisinya. Tubuhnya yang hangat segera ia rasakan. Segera Rilo memeluknya sambil menangis haru karena sahabatnya selamat dan berharap mereka akan terus bermain bersama selamanya.
Dan saat itu Piccacello jatuh cinta.
Tetapi mengapa disaat ia jatuh cinta ,lalu lelaki yang di cintainya pergi?
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Mimpi Piccacello tercapai.

Beasiswa Eropa ia dapatkan untuk program Sarjananya. Perancis.

Kota sejuta keindahan, mulai dari bangunan-bangunan tua dengan artistik yang memukau mata, pemandangan yang melatarbelakanginya dan tentu saja Eiffel tower yang selain sebagai simbol kota Paris juga memiliki atmosfer romantis bagi para sejoli-sejoli yang dalam masa jatuh cinta.
Musim dingin....
Dengan baju musim dinginnya berwarna Pink dengan hiasan bunga sakura di sakunya ia berjalan menyusuri pinggir-pinggir kota perancis dengan kamera ditangannya ia mengambil gambar yang ia anggap unik dan indah.
PRAAAANNGGG !!!
Tak sengaja ia menabrak tempat sampah dari alumunium yang isi nya sedikit sehingga kalau jatuh suaranya terdengar kencang disekitarnya, muka putihnya memerah ,mata semua orang disana tertuju padanya. Dengan sigap ia segera menegakan kembali tempat sampah itu sambil tersenyum paksa kepada beberapa orang yang sedang melihatnya.
GUBRAAAAK !
MALU SE-MALU-MALU-NYA ! Ia terpeleset es dari air yang membeku karena dinginnya musim salju.
Sebuah tangan yang kulitnya berwarna coklat gelap muncul dihadapan wajahnya mengulurkan bantuan, seakan ada malaikat yang berusaha menariknya terbang agar ia tidak perlu melihat muka orang-orang yang mungkin sudah geli melihat dirinya. Tanpa peduli itu tangan siapa Piccacello meraihnya dan berdiri lalu menarik paksa orang yang membantunya lari dari tempat itu.Ditujunya kesebuah restoran asia dengan penghangat ruangan yang membuat pengunjungnya merasa nyaman.

“Kau gila? Bagaimana kalau aku ada urusan lain penting diluar sana? Sedangkan kau mengajakku lari dan membawaku ke tempat ini. Memang kau siapa?” gerutu lelaki yang tampak seumuran dengan Piccacello.
“Yaaah aku hanya malu pada mereka makanya aku lari, tak sengaja aku menarik tanganmu dan membawa mu kemari aku terlalu malu tadi. Ya, anggap saja makanan ini sebagai tanda terimakasih atas pertolongan mu barusan.”
“Aku rasa kau harus menambah makanan ku lagi karena aku akan menolongmu untuk yang kedua kalinya.”
“.......????.”
Pria itu beranjak dari sofa restoran dan kembali dengan kotak P3K milik restoran. Dan ia membenahi luka di pelipis kanan Piccacello.
Piccacello terkejut, kali ini ia malu,bukan karena orang-orang yang melihatnya tetapi malu dengan pria itu karena sangking menahan rasa malu tadi karena menjatuhkan tempat sampah dan terpeleset ia tidak sadar bahwa pelipis nya berdarah dan kulitnya terlepas.
“Aku tidak merasakan sakitnya. AWW!”
Pria itu hanya tertawa kecil melihat tingkah laku aneh wanita itu.
“Namaku Piccacello”

Mata tajam pria itu langsung terpaku pada wajah Piccacello.”Apa benar?”  dalam hatinya bertanya-tanya.
Ia segera sadar dan cepat-cepat membereskan luka Piccacello lalu pergi dari restoran dengan meninggalkan Piccacello dan makanan yang telah dipesan. Lalu ia pergi ke rumahnya yang tidak jauh dari gereja 25 meter dari restoran.
Keesokan harinya ia berjalan disekitar taman Eiffel tower, mencari-cari sesuatu. DAPAT! Dengan bersembunyi dibawah tudung mantel musim dinginnya dan ditutupi masker flu ia memperhatikan dan mengikuti sesosok wanita yang ia kenal kemarin. Piccacello.

Dan 2 bulan kemudian. Benar. Semuanya telah ia ketahui

Perayaan tahun baru kota........
Pada momen ini , telah tiba saatnya.
“Hai, kau bisa ikut denganku?” Tiba-tiba  pria yang menggunakan jacket merah muncul dibelakang Piccacello yang saat itu sedang mengetik tugas kuliah direstoran khas makanan Perancis. Pria itu sudah hafal betul jadwal-jadwal Piccacello berada.
“Hai kau! Mau apa kau kemari? Bagaimana kau tahu aku disini? Kau ini pria macam apa meninggalkan gadis yang tengah luka dengan makanan-makanan yang kau pesan tapi tidak kau makan? Apa kau ini gila dan apakah”
Tanpa membalas pertanyaan dan mebiarkan Piccacello berkoar lagi ia segera menariknya dengan paksa dan mengajaknya kesebuah tempat sepi namun indah. Sebuah bukit dimana pemandangan malam tahun baru kota tersebut terlihat.
“Apa yang kau lakukan? Kurasa kau benar-benar gila !.” Gerutu Piccacello sambil berusaha menghubungi police call center.
Dengan dahi yang mengkerut pria itu mengambil handphone Piccacello dan memasukkannya kedalam sakunya.
“Jadi kau ini perampok?.” Lagi-lagi Piccacello menuduh.
Pria itu menarik tangan Piccacello dan memaksanya menghadap timur. Tiba-tiba.......

JEDAAAAAAARRRR! DAAAAAR! DARRRRRR!

Kembang api yang sangaaaat indah yang pernah dilihat Piccacello ia sama sekali belum melihat kembang api seindah ini.
Pria itu berlutut dihadapannya.

Wahai wanita dengan pipi merah bila sang surya menyorotnya
Bibirnya yang selalu bergetar karena ia tak pernah kuat dengan dinginnya musim dingin
Sangat menyayangi Rillakuma kecil dengan rajutan sweater ditubuhnya
Mencintai bunga yang tumbuh dekat biasanya bermain

Bunga matahari dan sakura yang tumbuh saat semi tiba
Ia mengagumi
Namun, akulah yang lebih mengagumi sesosok pengagum itu
Jatuh cinta itu muncul karena Bunga Matahari yang baru saja di petiknya


Setelah itu aku berpisah dengan bunga itu
Kesebrang samudera tanpa ia tahu aku kemana
Mungkin ia merindukanku sebagai sahabatnya
Mungkin ia merindukanku karena pengisi hatinya yang ia cintai entah dimana. Ha ha.. Aku mengigau

Kini aku menemui bunga itu kembali
Aku tidak tahu bagaimana bisa tetapi ia disini, di depan mataku
Mungkin bunga itu tertiup angin dan ia terpontang-panting didalamnya dan akhirnya jatuh di pelukanku
Dimana angin itu adalah takdir


Saat aku bertemu dengannya mungkin sudah tiba
Mengungkapkan apa yang mennjadi rahasia
Memang dia sahabatku,tapi aku mencintainya
Tinggal jawabannya apakah bunga itu semakin mekar dan beraroma indah atau ia menjadi jering dan kelopaknya gugur dengan batang yang merunduk

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Wahai anak laki-laki bodoh
Bunga yang kau cari merindukan mataharinya
Menjadi tak punya teman bermain disaat musim panas
Bunga itu hampir saja layu karena matahari tak muncul

Karena matahari itu bunga akhirnya selamat
Hampir mati karena harus jatuh dari tempat tinggi

Laksana malaikat ia selalu muncul menolong
Termasuk disaat bunga tak mengenal mataharinya

Mungkin termasuk aku jatuh cinta melihat matahari itu
Selalu memimpikan kehidupan dongeng saat purnama menemani lelapnya
Dan pangeran itu
Adalah anak laki-laki bodoh yang hilang bagai ditelan malam

Aku jatuh cinta padamu..................

Akhirnya mereka bersatu, dua sejoli yang saling mencintai dari sahabat lalu menjadi cinta.
Aneh... seperti cerita dongeng putri impian, tapi inilah kisah cinta Piccacello dan Rilo , dimana takdir itu nyata dan seperti bunga yang tidak akan pernah hidup tanpa matahari. Bila ini mimpi ini adalah mimpi terindah bagi Piccacello.
Sebuah cinta bunga matahari.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------

PSSSSSSSSTTTTTTTDAAAAAAAAAAAAAARRRRRRRRRKRETEKKRETEK
DAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAARRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
“TIDAAAAAAAAAAAAAAKKKKKKKK!!!!!!”
Kembang api tahun baru yang dahsyat baru saja mengenai tubuh Rilo, kembag api itu salah sasaran ia tidak meledak dilangit tetapi menuju ke bukit tepat Rilo berdiri.
Tubuh Rilo terbakar rambutya sudah seluruhnya terbakar. Penanggung jawab acara tahun baru yang menyalakan kembang api itu untung melihat bahwa kembang apinya salah sasaran dan ia dan tim penjagaan dari Fire Rescue segera dengan sigap menuju puncak bukit. Sungguh terkejut bahwa acaranya membakar  korban. Tim pasukan penyelamat memadamkan api di tubuh Rilo dan membawanya kerumah sakit.
Rilo harus di amputasi  kedua kakinya dan matanya mengalami luka bakar yang cukup parah sehingga ia buta.
Rilo telah mendapat donor mata sehingga ia melihat kembali walaupun tetap saja kakinya tak bisa kembali, ia tidak peduli yang jelas ia bisa melihat, melihat untuk bunganya yang tubuh mekar dengan indahnya. Dan ia ingin sekali segera menemuinya
Ketika ia mencoba duduk dikasur rumah sakit untuk memanggil suster mengambilkan kursi rodanya sebuah surat dengan ditempelnya bunga matahari yang layu di muka amplop. Dibacanya:
Kini saatnya sekuntum bunga memberikan tanda jasanya kepada matahari yang tanpa pamrih memberi kehidupan kepada bunga karena matahari tersebut mencintainya. Karena bunga tersebut juga mencintai matahari.
Bunga yang ditempel di amplop adalah bunga matahari yang hampir hilang dari genggaman Piccacello lalu diselamatkan oleh Rilo
Piccacello meninggal dunia karena mengalami gagal operasi. Berniat untuk membiarkan matahari agar tetap melihat dari atas langit indahnya dunia tetapi takdir berkata lain. Mungkin saatnya angin takdir yang akan menerbangkan mentari ke surga untuk jatuh dipelukan sang bunga suatu saat nanti. Yang jelas ia percaya cinta mereka cinta bunga matahari.


©originaly shared and wrote by Tiara Alvionita Suwarno

Tidak ada komentar:

Posting Komentar